Aksi Nyata Tautan Antar Materi Modul 1.4

Abah Jack
0

 Guru dan Budaya Positif Sekolah

Oleh Joko Susilo, S.Pd.I.

Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Kudus

 

“Guru haruslah menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor dari anak/siswa di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa”.

Ki Hajar Dewantara

    Guru merupakan ujung tombak suksesnya pendidikan. Secanggih apapun teknologi tidak akan pernahmenggantikan posisi seorang guru. Sehingga peran guru sangat sentral dalam proses pendidikan.Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD) guru haruslah menjadi teladan, seorang model sekaligus mentor dari anak/siswa di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa. Sehingga guru menurut KHD harus menerapkan Sistem Among yakni Tut Wuri Handayani, Ing Madya Mangun Karsa Tut Wuri Handayani. Sehingga perubahan Pendidikan ke arah yang lebih baik sangat ditentukan oleh kualitas guru-gurunya.


    Program Guru Penggerak yang digagas Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menjadi bukti bahwa guru harus bisa mengubah dirinya untuk bisa tergerak dan akhirnya menggerakkan orang lain di sekitarnya. Hal mendasar yang harus dimiliki guru adalah pemahaman tentang visi Pendidikan KHD. Sebagai Bapak Pendidikan Nasional, KHD telah menanamkan filosofi pendidikan yang kuat bagi dunia Pendidikan di Indonesia.  Salah satunya adalah Sistem Among.


    Ketika guru sudah memahami visi dan filosofi guru Pendidikan KHD maka paradigma dan gerak guru berikutnya akan mengikuti jalur yang sudah dirumuskan oleh KHD. Langkah selanjutnya yakni guru harus memiliki visi dan nilai-nilai guru sebagai guru penggerak. Visi dan nilai-nilai dalam diri guru ini sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Visi akan menggerakkan sedangkan nilai-nilai diri guru akan memberikan dasar yang kuat bagi gerak langkah guru tersebut.  


    Sebagi guru yang mengikuti Pendidikan pada Program Guru Penggerak Angkatan 5 saya mendapatkan banyak pemahaman baru tentang tugas dan fungsi peran seorang guru. Salah satu langkah konkrit sebagai pembelajaran dalam proses pendidikan itu adalah perumusan budaya positif di kelas atau sekolah.  


    Sebelum mengikuti proses Pendidikan guru penggerak saya sudah menerapkan salah satu budaya positif di kelas yakni kontrak belajar saya menyebutnya. Beberapa kesepakatan saya dan murid saya pada di dalam kelas sebelum memulai KBM di awal tahun pelajaran. Setelah saya mengikuti proses Pendidikan saya paham bahwa hal tersebut dinamakan perumusan keyakinan kelas.


    Saya juga sudah menyepakati keyakinan kelas bersama murid-murid saya. Kalau sebelum mengikuti Pendidikan Guru Penggerak saya hanya memahami bahwa kesepakatan hanya sekadar komitmen Bersama dan permanen. Tetapi setalah mendapatkan pemahaman setelah mengikuti proses Pendidikan terutama pada materi Budaya positif saya memiliki pemahaman berbeda pula. Ada hal yang harus saya tata ulang. Ada hal yang harus saya perbaiki. Tidak lain itu dalam rangka menempatkan hak murid untuk merdeka berkembang sesuai kodratnya sebagaimana telah digariskan oleh KHD.   


    Saya mendapatkan banyak pemahaman baru dalam proses Pendidikan Guru Penggerak ini. Diantaranya sebagai berikut :


a.     Disilpin positif            : bagaimana menerapkan disiplin yang baik kepada murid. Disiplin itu bagaimana seorang murid bisa mengontrol dirinya.


b.     Teori kontrol               : bahwa yang bisa mengontrol atau mengendalikan diri sesorang itu adalah dirinya sendiri. Orang lain atau apapun di luar dirinya tidak akan mampu mengendalikan dirinya jika dirinya tidak membuka diri untuk dikontrol.


c.     Teori motivasi             : motivasi terbaik itu berasal dari dalam diri sendiri.


d.     Hukuman dan penghargaan : hukuman dan penghargaan tidak akan memberikan motivasi murid secara permanen. Ia hanya memberikan motivasi sesaat. Maka sebetulnya hukuman dan penghargaan tidak bisa diterapkan.  Masih ada opsi lain agar bisa menyadarkan murid akan kesalahan yang dilakukannya dan ada opsi lain sebagai ganti penghargaan yang bisa mengaburkan proses pendidikannya.


e.     Posisi kontrol guru      : ada 5 posisi control seorang guru kepada muridnya. Sebagai teman, manajer, pengamat, pembuat rasa bersalah dan penghuku. Posisi teman dan manajer inilah yang saya rasa tepat diterapkan kepada siswa.  


f.      Kebutuhan dasar manusia : ada beberapa kebutuhan dasar manusia yang harus diketahui seorang guru. Karena dengan mengetahui kebutuhan dasar manusia, guru juga akan memahami apa yang dibutuhkan muird dan mencari solusi  yang tepat jika murid melakukan Tindakan yang kurang tepat. Karena sejatinya ketika murid melakukan kesalahan ia sedang mengungkapkan kebutuhan dasarnya. Tugas guru adalah memenuhi kebutuhan tersebut. Diantara kebutuhan dasar manusia adalah kasing sayang, penguasaan, kesenangan, kebutuhan bertahan hidup dan kebebasan.


g.     Keyakinan kelas : kesepakatan bersama antar warga kelas terhadap nilai-nilai kebajikan yang akan dilaksanakan bersama. Nilai yang yang digali bersama kemudian disepakati bersama  dan dilaksanan Bersama. Keyakinan kelas ini juga bisa berubah, tambah atau kurang tergantung kesepakatan selanjutnya.


h.     Segitiga restitusi : merupakan tindakan yang dilaksanakan guru dalam mengembalikan murid dalam melaksanakan keyakinan kelas atau sekolah.


    Pendidikan Guru Penggerak telah mengubah banyak pandangan saya tentang pendidikan. Tentang murid merdeka, nilai diri dan visi guru, tentang budaya positif. Saya kemudian memahami bahwa saya punya peran siginifikan dalam menciptakan budaya positif di sekolah saya. Saya menginisasi kelas untuk memunculkan nilai-nilai kebajikan yang yang kemudian disepakati dan dilaksanakan bersama.


    Pengalaman terkait hal ini, saya sudah melaksanakannya dalam keyakinan kelas. Kelas 8B menjadi kelas percontohan saya setelah mengikuti pendidikan dan diskusi tentang keyakinan kelas. Ketika saya meminta murid kelas 8B untuk menggali nilai-nilai kebajikan yang kemudian disepakati bersama ternayat mereka sangat antusias dan menyebutkan nilai tersebut. Mereka saling mengungkapkan pendapat dan diskusi. Akhirnya disepakati secara bersama beberapa poin untuk kelas 8B.


    Perasaan saya ketika mengalaminya sangat gembira melihat keaktifan murid-murid menggali nilai-nilai kebajikan. Meskipun ada bebrapa hal yang masih harus saya arahkan. Namun secara umum murid-murid Kelas 8B bisa merumuskan, mendiksusikan menuliskan dan melaksanakannya.   


    Upaya yang sudah baik tersebut antara lain keaktifan murid, diskusi yang hidup, nilai-nilai kebajikan yang didapat dan disepakati. Yang belum ada diantaranya ada murid yang masih diam belum berani unjuk gigi. Ada juga yang terlalu aktif namun belum sampai memunculkan ide.   


    Posisi kontrol  yang sering saya lakukan adalah sebagai teman. Bagi saya posisi ini membuat saya dekat dengan murid. Jika sudah dekat mereka akan terbuka dengan saya. Maka ketika pembelajaran maupun tindakan  di luar keyakinan kelas lebih mudah diingatkan.


    Saya baru mendapatkan pemahaman tentang segitga restitusi pada pendidikan di PGP ini. Setelah saya merenung ada hal yang sudah saya lakukan dalam tindakan segitiga restiusi tetapi tentu belum terarah sesuai proses yang ada. Diantaranya yang sering saya lakukan adalah validasi tindakan salah yakni memahamkan bahawa apa yang dilakukan murid tidak sesuai dengan keyakinan kelas.   


    Ada hal positif lain yang  penting untuk dipelajari dalam proses menempatkan budaya positif. Diantaranya adalah penanaman pemahaman akan pentingnya  budaya positif kepada semua warga sekolah. Budaya positif jika bisa terlaksana dan dipahami semua warga sekolah akan menghasilkan murid yang berkarakter. Tertanam jiwa positif yang bisa diimplementasikan baik di sekolah, di rumah maupun di masyarakat.




 

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)