Koneksi Antar Materi Modul 2.3

Abah Jack
0

Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial Emosional dan dan Coaching untuk Supervisi Akademik

Oleh Joko Susilo, S.Pd.I.

CGP Angkatan 5 Kabupaten Kudus Tahun 2022

“Kalau sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak air, dan mendapatkan sinar matahari yang cukup, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya keadaan tanaman.”

( Ki Hadjar Dewantara )

 

    Ki Hajar Dewantara (KHD) mengibaratkan seorang anak ibarat sebutir jagung. Jika baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik kemudian mendapatkan sinar matahari serta menerima perawatan yang baik dari petaninya tentu akan membawa kebaikan pada tanaman (anak). Ini artinya tumbuh kembang semua potensi yang dimiliki oleh anak sangat dipengaruhi oleh faktor lain di sekitarnya. Maka dalam lingkup pendidikan, lingkungan sekolah dan guru terutama menjadi faktor yang sangat penting.


    Pembelajaran Berdiferensiasi menjadi salah satu jalan bagi guru untuk membersamai muridnya dalam menemukan dan mengembangkan kodrat-bakat- bagi muirdnya. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah upaya guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu belajar murid (Tomlinson, 1994  : 14  dalam Modul 2.1. PGP Kemendikbudristek).


    Masing-masing murid memiliki kodrat-bakat- seperti yang diungkapkan oleh KHD. Pembelajaran berdiferensiasi ini memberikan kesempatan bagi murid untuk berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing. Pada pembelajaran berdifernsiasi guru menghargai setiap perbedaan pada muridnya. Perbedaan kemampuan, kecenderungan bakat, potensi, gaya belajar menjadi pertimbangan bagi guru dalam merancang strategi pembalajaran yang akan diterapkan.


    Murid yang memiliki kecenderungan belajar visual pada pembelajaran berdiferensiasi diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan pendekatan belajar visual. Karena dengan seperti itu murid akan menemukan semangatnya dalam belajar. Demikian pula untuk murid yang memiliki keccenderungan belajar yang lainnya.


    Pembelajaran Berdiferensiasi yang diterapkan oleh guru diharapakan mampu membawa keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni murid yang berkembang sesuai dengan kodratnya masing-masing.      


    Sejatinya pendidikan bukan sekadar transfer ilmu atau transfer pengetahuan. Pendidikan sebagaimana dikatakan oleh KHD adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat (Ki Hajar Dewantara : Lampiran Dasar-dasar Pendidikan Keluarga, 1937).  


    Selain pembelajaran berdiferensiasi salah satu langkah lagi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan adalah pembelajaran berbasis sosial dan emosional. Berbicara tentang anak bukan hanya tentang kemampuan akademik mereka tetapi ada kemampuan sosional emosional mereka yang harus dikembangkan. Kesadarand diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab meruapan 5 kompetensi yang harus dikembangkan dalam murid pada Pembelajaran Sosial dan Emosional.


    Pertama, murid harus memiliki kesadaran diri tentang apa yang dilakukan. Kedua, murid harus bisa memiliki manajemen diri yang baik dalam dirinya. Ketiga, berhubungan dengan orang lain pun murid harus memiliki kesadaran sosial yang baik. Murid harus memiliki kesadaran bahwa di sekitarnya ada orang lain. Murid harus memiliki kesadaran bahwa mereka harus bisa berinteraks dengan orang-orang di sekitarnya. Keempat, keterampilan berelasi. Murid juga harus memiliki keterampilan dalam berelasi dengan orang lain. Berkomunikasi dengan orang lain termasuk di dalamnya. Kelima adalah pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.  Karakter bertanggungjawab harus tertanam dalam diri murid sejak dini. Murid harus berlatih memiliki tanggungjawab atas semua tindakan yang dilakukan.


    Semua proses pembelajaran yang telah dilakukan dengan target akhir mencapai tujuan pendidikan tentu ada kendala yang akan mengambat ketercapaian tujuan pendidikan. Ketika guru, murid, tenaga kependidikan atau bahkan pengambil kebijakan di sekolah (kepala sekolah) menemukan kendala tentu harus diselesaikan. Maka untuk menyelesaikan kendala ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah coaching untuk supervisi akademik. Caoching berbeda dengan mentoring, training, konseling atau yang lain. Coaching lebih mengedepankan kesetaraan antara coach dan coachee. Coaching juga mengedepankan bertumbuhnya inisiasi ataupun solusi dari dalam diri coachee. Sehingga dengan adanya proses supervisi akademik berbasis coaching ini semua kendala yang ada dalam proses pendidikan di sekolah bisa terpecahkan dengan baik tanpa menggurui atau bahkan memerintah.   


    Terkait dengan proses coaching pada pembelajaran berdiferensiasi maupun pembelajaran sosial dan emosional, setelah mempelajari konsep pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosional emosional saya memahami betapa penting keduanya. Peran saya sebagai guru yang bertindak sebagai coach sangat signifikan. Saya sebagai coach dalam proses pembelajaran yang saya lakukan harus bisa memastikanb bahwa murid saya harus mendapatkan haknya untuk mengembangkan bakat dan minatnya sesuai dengan gaya belajarnya. Sisi sosial dan emosionalnya juga tidak bisa dilepaskan.


    Satu kali saya pernah belajar bersama dengan satu kelas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan  Budi Pekerti (PAI BP). Saya menggunakan metode Jig Saw dengan sistem berkelompok.  Sebelum murid belajar antar kelompok, saya memberikan kesempatan kepada murid yang sudah berkempok untuk membuat Mind Mapping materi yang sudah saya bagi. Saya mempersilakan murid untuk membuat mind mapping sesuai dengan minat mereka. Apakah berupa poster, komik, ataupun yang lain. Setelah selesai waktunya hasilnya pun mengejutkan. Mereka secara berkelompok berhasil menghasilkan Mind Mapping yang luar biasa. Hasilnya terlihat ada yang menggambar bagus sekali, ada yang biasa saja ada yang lebih banyak menulis. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa apapun hasilnya semua bagus dan luar biasa. Baik yang berupa poster, komik maupun yang lebih tulisan.   


    Saya juga memahami bahwa keterampilan coaching ini sangat penting bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Selama ini keterampilan coaching yang saya lakukan lebih banyak kepada murid-murid saya. Mereka banyak yang datang kepada saya untuk bercerita tentang apa yang mereka rasakan. Namun proses coaching yang saya lakukan tersebut lebih cenderung cerita kemudian memberikan solusi yang berasal dari dalam diri murid saya tersebut.


    Setelah belajar Modul 2.3. tentang Coaching untuk Supervisi Akademik saya menyadari betapa pentingnya sebuah coaching pada murid-murid saya. Bukan hanya bagaimana saya membimbing murid saya mengatasi masakahnya tetapi lebih dari itu yakni bagaimana murid saya menemukan sendiri solusinya dan berkomitmen dalam dirinya sendiri untuk melaksanakan solusi tersebut. Demikian pula untuk rekan sejawat saya.

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)